PUISI
Realize Your Creativity
70 Contoh Puisi Singkat yang Bisa Kamu Jadikan Referensi
Puisi singkat – Puisi tentunya sudah bukan menjadi hal yang asing bagi kita semua. Apa salahnya, puisi merupakan salah satu media yang biasa di gunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan suatu perasaan. Entah sedang merasakan sesuatu ataupun sedang menikmati sesuatu.
Tergolong dalam karya sastra yang sudah ada sejak zaman dahulu, eksistensi puisi sampai saat ini tetap mendapat bagian tersendiri pada setiap orang. Mempunyai berbagai macam jenis, salah satunya adanya puisi singkat.
Contents [show]
Kumpulan Puisi Singkat
Sebagian orang mungkin lebih suka dengan puisi singkat, berikut ini adalah beberapa contoh puisi-puisi pendek yang dapat di nikmati oleh para pembaca.
Di Kaca Bus Kota
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Di kaca bus kota meleleh hujan
Ketika bus dan waktu sama melaju
Di sekujur diriku meleleh kenangan
Tahun- tahu kelabu berkepanjangan
*****
Mendung Menyelimuti Nasi dan Ikan Asin
*****
Pagi ini rumahku tak seperti biasanya
Dua kursi dengan sigap menunggu perintah atasan
Menemani nasi dan ikan asin mengeringkan badan
Di jemuran tempat adik menghidupkan petasan
Sayangnya temanku hari ini tak bersahabat
Menung ia tunjukkan
Kelabu ia pancarkan
Ingin terus meluapkan kesedihan
Sehingga menyelimuti nasi dan ikan asin
*****
Berat
*****
Semalam teras hambar
Kala asin dan pahit tak bisa di rasakan
Hanya luka yang menyayat badan
Memilukan
Kini, tak ada lagi ucapan hangat
Karena terpisah oleh batas dan jarak
Terpaksa karena keadaan yang menyekat
Dan kemudian,
Siap menanggung hari- hari yang berat
*****
Dan Aku
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Dan aku bukan penyair
Sia- sia menyisir sepi
Hari malah makin getir
Gerimis pun masih mengucur
Sepanjang tahun
Sepanjang lorong pucat
Yang kami bangun
Dan unggun ini mati, basah
Dan nyala ini reda, mati sudah
Dan aku sia- sia menyisir sepi
Dengan kata- kata
Aku ini bukan penyair
Hanya jiwa resah terdesak
Terdorong ke pinggir
*****
Seuntai Pesan
*****
( Oleh : Fridolin Ukur )
Sejauh budi mampu bernalar
Sejauh nurani masih bersemi
Ku tatapi jejak – jejak sejarah
Kisah silam lebih tiga dasawarsa
Di kampus ini
Kampus tua yang tetap muda
Dalam gumul batin tua
Ketika raga bertambah renta
Bermekaran kuncup- kuncup putih
Panorama kesilaman
Di kampus ini
Kampus tua yang tetap muda
*****
Sekadar Buat Mengenang
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Pantai ini panjang
Dan sepanjang pantai ini tak ada orang
Hanya kerang merayapi guguran daun
Dan air lambat laun pasang
Dan kunang- kunang satu dua datang
Dan bulan berlayar di langit lengang
Semakin jauh semakin kecil
Tapi tak hilang- hilang
*****
Sia – Sia
*****
(Oleh : Mudji Sutrisno )
Tetes hujan
Tak berdaya memiliki
Bongkah- bongkah
Tanah
*****
Tak Terbatas Waktu
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Berjalan menyusuri ingatan yang ada di dalam senyuman
Menuju waktu yang tak terbatas jutaan ingatan
Dan kuingin selalu mengingat mu dalam gelapnya malam
Di mana seseorang mengingatmu tak terbatas waktu
Di saat hujan turun aku terik di gemerlapnya air hujan
Tanpa beban dan bebas
Diriku layaknya seorang yang baru lahir
Yang tak punya beban apapun
Derai hujan yang turun
Seakan membawaku ke dalam gelapnya kisah di hari lalu
Yang terus ku pakai tanpa henti
Menembus tak terbatas waktu
*****
Sajak Kata Orang
*****
( Oleh : Wiviano Rizki )
Kata orang aku pemberontak
Nyatanya aku ini tukang ketoprak
Kata orang aku ini radikal
Suka membangkang, hal yang kadang tak masuk akal
Nyatanya aku ini Cuma bekerja biar bisa balik modal
Kata orang aku provokator
Penebar kebencian pada koruptor
Nyatanya aku ini berteman sama penarik bentor
Kata orang aku ini demonstran
Kebijakan salah sedikit langsung di lawan
Nyatanya aku ini bekerja untuk cari kawan
Kata orang aku ini tukang nyinyir
Sering mengatasnamakan pembela insan fakir
Nyatanya aku ini bekerja untuk meningkatkan karir
Kata orang aku ini aktivis
Selalu orasi menentang para pejabat residivis
Nyatanya aku ini bekerja supaya dagangan ku laris
Ya sudah, itu kan semua kata orang
Bagiku tak masalah, karena tak ada yang melarang
Orang boleh bilang, aku apa saja
Asalkan negara ini makin sejahtera
Tidak ada cap lagi
Negara huru hara
*****
Sang Pemilik Cinta
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Hati itu memiliki lisan
Ketika berbicara hanya dapat di dengar dengan hati dan rasa
Cinta menyelinap melalui tirai hatimu
Tak terbantahkan memang
Jatuh cinta adalah anugerah darinya
Nikmati setia[ detik rasa yang ada
Jangan kau acuhkan tak pantas baginya
Bagai benda langit yang sangat jauh namun terasa dekat
Sedekat kita dengan Allah
Jika selalu melihat dan merasakan kelembutan rahmatnya
Cinta akan selalu hangat dengan di selimuti oleh indahnya doa
*****
Lemahnya Mental Anak Bangsa
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Dulu aku di campakkan guru tidak masalah
Sekarang hanya di jewer saja kau meringis kesakitan
Aku di gampar pakai tangan guru pun aku mengaku salah
Sekarang sudah salah tidak mau mengakui
Hal bodoh macam apa ini
Mental anak bangsa sekarang sangat menyedihkan
Tidak tahu norma dan aturan hukumnya
Hormat pun engga dengan gurunya
Padahal pendidikan itu dari guru
Ke mana mental yang anak bangsa yang terdahulu
Apakah hilang terkikis zaman
Era gila macam apa ini
Sampai sampai pendidikan tidak di nomor satukan
Aku ikhlas dulu di tempeleng oleh guru bolak balik
Karena aku mengaku salah
Aku menganggap pendidikan itu mental itu penting
Sekarang berjiwa kesatria mentalnya kerupuk
*****
Selamat Malam Bintang
*****
( Oleh : Viwiano Rizky )
Selamat malam bintang
Kita bertemu lagi di malam memilukan
Bintang, bolehkah aku bertanya?
Apakah salamku malam ini sudah di sampaikan ?
Jika sudah, apakah dia menitipkan sebuah pesan untukku ?
Jangan sampai bulan,
Menyampaikan dahulu kepada ku …
Aku tak mau itu ..
Bintang, ku percayakan seluruhnya padamu
Kamu bisa aku percaya ?
Titip ia malam ini, aku yakin kamu memiliki
Beribu – ribu pasukan yang dapat menjaganya
Terima kasih bintang
Terima kasih kamu yang sudah bikin aku nyaman
*****
Sajak Singkat Pagi Hari
*****
(Oleh : Viwiano Rizky )
Kicauan burung pagi hari menyapa
Suara ayam berkokok berdendang di setiap rumah
Menandakan telah terbitnya fajar dari ufuk timur
Untuk membantu para ibu yang sedang berjemur
Hari ini, pagi ini
Seorang anak kecil berbisik kepada Tuhannya
Dalam hati
Katanya :
Restui aku, kamu dan kami
Sembari menyeduh kopi buatan bibi
*****
Pelabuhan I
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Ada berapa rahasia
Tak di ucapkan malam?
Udara bau rumput
Menerpa nerpa kaca jendela
Dan dingin angin bukit
Sia- sia menemukan sisa bisikmu
Di antara lampu- lampu
Yang lambat laun terkubur
Dalam luasnya malam
*****
Nahkoda
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
dengan tubuh rapuh kena salesma
ku bawa kapal terus melaju
aku berdiri di atas palka
dengan teropong yang kaca- kacanya
di basahi embun
laut ungu, langit ungu
dan di sana keduanya bertemu
entah di mana, entah siapa menunggu
*****
Pagi
*****
(Oleh : Eka Purwanto )
Selamat datang pagi
Ceriamu kini meredup
Suasana pagimu layu terkulai
Terhempas semilir angin terban jauh
Membawamu ke angkasa nan biru
Butiran pasir basah mengembun
Di manakah kau kini berada
Pagi hari merubah suasana kelabu
Menjadikan bunga mawar malas mekar
Kemana harus ku cari pagi ceriamu
Detik, menit berdentang
Membangunkan mimpi khayalku
Suasana pagimu menghantarkanku
Tuk bergerak cepat langkahku
Merubah suasana menjadi riang
Hilangkan rasa malas bergayut di dada
Menyongsong pagi yang lebih indah
Tuk masa depan kebahagiaan
*****
Selamat Malam
*****
( Oleh : Alois Nugroho)
Selamat malam
Hari letih menyeret buih
Berbaring telentang menembus genting kaca
Menembus langit malam
Menembus hati siapa?
*****
Kabut
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Tuhan, aku minta kabut
Yang selalu ingin ku tangkap
Dan senantiasa luput
*****
Surat Kepada Cemara
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Salamku untuk mu
Cemara yang tinggal
Daun- daun kering gugur bagai gerimis
Kalau besok kau pun tak ada
Kepada siapa ku ucapkan selamat petang
Ketika jalan setapak ini terasa semakin lengang
*****
Mentari Senja
*****
Aku ke luar
Ku lihat matahari yang terbenam
Tenggelam
Menghiasi wajahmu
*****
Hujan
*****
(Oleh : Rosdiana N H)
Kehadiranmu menyejukkan hati
Dengan senyum mu yang begitu berarti
Menggerakkan jiwa yang tak ku mengerti
Karena kamu lah yang ku nanti
Meski dengan sekilas perjumpaan
Bersyukur karena ada kebersamaan
Meninggalkan kesan yang indah
Walau hanya sebuah impian
Seperti malam yang kelam
Dalam suasana yang mencengkam
Hanya bisa berharap dalam diam
Untuk perasaan yang terpendam
*****
Guru
*****
( oleh : M. Zaky A. )
Wahai guruku …
Aku tidak akan melupakan jasa- jasamu
Kau sudah mengajarkan ku baca tulis
Terima kasih ku padamu guruku …
Wahai guruku …
Kau telah mengajarkanku banyak hal
Akan ku kenang selalu
Terima kasih guruku …
Wahai guruku …
Kau tidak lelah mengajariku
Walaupun aku nakal
Terima kasih guruku …
*****
Menunggu Di hilir Cisanggarung
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Pada hari Jum’at terjadinya
Air begitu kuat
Menerjang tembok yang kokoh
Menembus bendungan yang tinggi
Datang dari arah kuningan
Menyerbu berapa rakyat
Membuat kacau ricau
Padahal sudah tunggu di hilir
Cisanggarung meluapkan amarahnya
Menerjang semuanya
Daerah yang berada di sampingnya
Banjir dimana – mana
*****
Kemarau
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Dan aku menyingkap tirai jendela
Menangkap bias dari sepasang
Cahaya bening : yang jauh
Yang, kau sudutkan aku pada kemarau
Selalu
*****
Senjaku yang Kau Ambil
*****
Mungkin kau lupa
Bahwa kita pernah melewati saat itu bersama
Di bawah pohon nan menadahi
Di pinggir danau yang menyaksikan
Kita biasa berdua
Menunggu datangnya senja yang elok
Sambil bercerita dengan malam penuh bintang
Atau tentang matahari yang tak pernah meninggalkan bukan
Kau masih ingat bukan?
Kau selalu berkata
Meski hanya sesaat
Tapi senja tak pernah bohong
Bahwa indahnya akan selalu menyertaimu
*****
Malam
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Bau sedap malam, malah
Membelah menghujam
Apa lagi yang ku cari?
Malam : prahara tak juga diam
Bulan bagai perahu yang hampir karam
*****
Kata
*****
(Oleh : Mudji Sutrisno )
Aku belajar menurunkan sabar
Jadi helai helai papar
Dalam prosa
Mengidungmu
Dalam relung relung sunyi
Jadi puisi
*****
Depo Tua
*****
Bulan berkawan dengan malam
Yang gelap namun desirnya tertangkap
Bayang- bayang hati yang paling tersembunyi
Dalam hitam malam
(sehingga ku mengerti)
Terungkap dalam geletar pucuk- pucuk pepohonan
Dan hidungmu menangkap bau kereta malam yang letih
Yang meneteskan oli di sepanjang emplasmen
Depo tua dan kusam (dekat kuburan)
Dan ketika surat ini ku akhiri
Ku bayangkan wajahmu merah padam
*****
Tuhan, Aku Ingin Ikut
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Tuhan, aku ingin ikut
Dalam rimbunnya daun di ranting trembesi
Yang getahnya adalah
Engkau sendiri
*****
Lepas Asar
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Puntung itu kau buang dan api
Yang masih mencoba mengerang- erang
Akan padam sendiri
Sebelum magrib datang
Dan gerimis membasahi
Kesia- siaan ini
*****
Senjaku yang Kau Ambil
*****
Mungkin kau lupa
Bahwa kita pernah melewati saat itu bersama
Di bawah pohon nan menadahi
Di pinggir danau yang menyaksikan
Kita biasa berdua
Menunggu datangnya senja yang elok
Sambil bercerita dengan malam penuh bintang
Atau tentang matahari yang tak pernah meninggalkan bukan
Kau masih ingat bukan?
Kau selalu berkata
Meski hanya sesaat
Tapi senja tak pernah bohong
Bahwa indahnya akan selalu menyertaimu
*****
Terlalu Indah
*****
Kau indah terlalu menyilaukan
Aku yang bukan apa apa di hadapanmu
Tertunduk lesu, tak berdaya memaksa kehendak
Tak jua mampu membuatku lebih berharap
Kecil rasanya aku ketika bersamamu
Menjadi serpihan yang malah mengotori bajumu
Namun, aku tak pernah mampu untuk menahan rasa
Padamu yang terlalu tinggi untuk ku gapai
Benar jika pilihanku terlalu jauh
Tapi satu hal yang ku tahu
Bahwa aku mencintaimu
Terlepas dari apakah aku di perbolehkan untuk itu
(P. A )
*****
Cinta yang Jenuh Terabaikan
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
aku hanya manusia biasa
yang kadang jenuh seketika
desahan cinta menjadi tawa
rasanya terabaikan untuk menatap mata
aku adalah kenangan saat kebahagiaan
aku hanya rangkaian bunga pernikahan
aku adalah bagian kesedihan
jenuh diriku untuk terabaikan
sampai kapan kau akan terus begini
selalu mengabaikan diriku ini
cobalah kau rasakan sakit ini
tapi ku berharap kau takkan rasakan ini
*****
Siang Bulan Mei
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Rumput- rumput kering itu seperti wayang
Di dalangi oleh angin
Nampaknya sepercik api telah jatuh
Dari blencong hari
Kita harus bergerak
Biarpun terlanjur hangus hati
Dan angin menyisir ke tepi kotak
*****
Alunan Nada
*****
(Oleh : Novi Aqila)
Ketika ku mendengarnya
Bagai mengalun menyejukkan kalbu
Meyelinap ke calah relung hati
Merasuk ke dalam jiwa raga ini
Sungguh elegan alunan nada indah
Aku tersenyum
Aku pun tertegun
Imajinasiku terbang
Sepiku terisi oleh melodi
Pikiran pun menjabarkan jutaan warna
*****
Menikmati Tamparan Hujan
*****
(Oleh : Nani Andriyani)
Saat hujan melanda negeriku
Seolah candu aku berlari tanpa malu
Menikmati indahnya panorama alamiah
Derasnya hujan membasahi tubuhku
Membelenggu memikat rindu
Ku telentangkan kedua sudut tanganku
Menari nari layaknya bocah kerdil
Di bawah guyuran air bah langit
Ku terdiam di jalanan sepi
Menikmati setiap jengkal tamparan mega
Menyentuh pori – pori
Ku tengadahkan wajah polosku
Menyambut datangnya air kehidupan
Ku pejamkan mata lentikku
Meresapi rintikan air yang menjatuhiku
Dengan berpayung awan mendung
Ku langkahkan kaki menjelajahi pertiwi
Bersama hujan yang menemani
Hingga reda tak jatuh lagi
*****
Aku Berkaca Padamu, Langit Malam
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
kalau benar kau abadikan segala percakapan
Kenapa gelapmu tak mengulurkan halilintar
Ketika kedua tanganku ku rentangkan
Demi dahaga
Yang panas membakar?
*****
Ganti Musim
*****
(Oleh : Mudji Sutrisno )
Rasa membumi kuyup
Hujan
Berganti silih
Mengering rontang
Terik panas membasahi keringat cadas
Meruang tanah, sawah
Mewaktu lalu
Menerbangkan kemarau
Debu
Debu
Rasa haru
*****
Mungkin Cukup
*****
(Oleh : Muhammad Rajib Raka tirta)
Telah ku katakan
Kepada sebuah pohon rimbun
Bahwa aku
Mengagumi helai daunnya
Juga kokoh batang dan akarnya
Kalau saja
Ia bertanya
Pohon itu terdiam
Tatapan bisunya merengkuhku
Angin berkata
“Pohon itu tersenyum”
Dan aku kembali
Ke rumah
Dengan sebatang pena
Di atas kertas
*****
Kupu – kupu Malam
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
hidup penuh dengan kesengsaraan
kadang ada yang benci dirinya
kadang pula ada yang suka padanya
hidupnya bekerja dan bertaruh setiap malam
terkadang senyum dalam kesedihan
menangis dalam senyuman
apakah berdosa yang dia lakukan
yang dia tahu Tuhan maha baik
kehidupan yang penuh nikmat
tanpa banyak manfaat
penuh dengan kata maksiat
namun inilah hidup untuk menyambung nyawa
*****
Izinkan Aku Pamit
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Aku ingin pergi
Dan jangan paksakan
Kau menggenggam tanganku
Aku tahu ini kisah yang sulit
Banyak perdebatan yang panjang
Dan berujung kata pisah
Perubahannya tidak ada
Aku tetap teman terbaik mu
Pamit ini adalah sebuah jalan
Izinkan aku peri dulu
Untuk melihat perubahannya
Tak usah tangisi usaian kita
*****
Hujan Gersang
*****
Gersang pucat tak bernyawa
Seperti daun di musim kemarau
Ini hati telah mati rasa
Menunggumu yang terus berlalu
Angin berhembus menerjang dedaunan
Terhempas jauh keras tak terarah
Kau yang selalu menjadi kekuatan
Kini tak ada lagi perlahan musnah
Inilah puncak di musim kemarau
Menyambut hujan berhawa dingin
Beginikah rasanya mencintaimu?
Kau yang telah jadi milik orang lain
*****
Pada Matanya
*****
Pada matanya
aku melihat kerlap kerlip
Cahaya lampu kota kecil
Seperti bisikan hati
Yang lembut memanggil
*****
Malam
*****
(oleh: Yan Maulana Muhammad)
Bintang begitu terang
Ditemani cahaya purnama
Di terpa dinginnya malam
Merindukan salam manis darimu
Maukah kau duduk di sampingku?
Kita rangkai indah hidup penuh makna
Dalam naungan berkah Nya
Ku yakin esok akan cerah tanpa ada jeritan kelam
Sapalah mentari esok dengan senyumanmu
Hangatmu begitu sempurna bagi mahluk lemah sepertiku
*****
Syair Salju
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Bungkah salju yang lebih dulu menyentuh hatimu
Sebelum meleleh dan mengalir di sela- sela
Batu berhala
Adalah salju
Yang meleleh di pipimu
Di antara
Ke sepuluh jarimu
*****
Doa Malam
*****
Tuhan yang merdu
Terimalah kicau burung
Dalam kepalaku
*****
Janji Tuhan Ada Ketika Patah Hati
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Lelah sudah diriku untuk bertahan
Mempertahankan hubungan ini
Seakan ku harus memegang duri Mawar yang indah
Namun tetap ku pegang walau sakit
Perasaan yang tersakiti
Membuatku sadar bahwa kau
Bukanlah yang terbaik dalam hidup ini
Kau hanya penyakit hatiku
Kau selalu membuat napas ini sesak
Dengan berbagai kelakuanmu
Entah dengan cara apa ku harus memaafkan
Karena hati ini penuh dengan luka
Hati ini memang butuh proses untuk sembuh
Dan itu butuh waktu
Untuk menyembuhkan hati yang terluka
Namun nanti tuhan itu pasti ada
Dan mempercepat hati ini untuk kembali seperti semula
*****
Kepada yang Pergi
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Kematian bukan hanya bela sungkawa
Mengepak lewat angin
Yang menderas sepanjang musim
Bulan berkerudung sepi membayang di kaca
Dan reranting kedondong yang tua bersigerak
Mencari- cari
“setiap malam akan jadi pagi”, desah seorang kekasih
Mendekap guling yang putih
*****
Senyuman Ibu
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
aku bahagia
aku dapat melihat senyum kecil di pipimu
kau lelah bekerja
Namun kau tetap tersenyum
Aku bangga
Mempunyai ibu seperti mu
Aku mencintaimu
Aku tak ingin kehilangan dirimu
Aku akan berdoa
Kepada Tuhan agar engkau hidup abadi
Bersamaku dalam dunia ini ibu
*****
Ave Maria
*****
Karena rindu kepada pulau
Ku kenang wajahmu yang teduh
Laut tak menjanjikan arah
Dan dahaga senantiasa kambuh
Ibu,
Di sudut langit yang mana bisa ku tampung
Air matamu?
*****
Pahlawan Perdamaian
*****
( Oleh : Viwiano Rizky )
Semua saat ini menyerukan keadilan
Tapi ia tidak sadar bahwa mereka mempermasalahkan keberagamaan
Sungguh sangat menyedihkan
Seharusnya di bulannya para pahlawan
Mari berlomba- lomba menyerukan kedamaian
Lepas semua yang berbau keributan nan permusuhan
Sudah saatnya Indonesia harus mengalami kemajuan
Jangan sampai yang mengatasnamakan negarawan
Membuat kegaduhan hingga kekacauan
Mari kawan
Kini saatnya kita menjadi pahlawan
Bukan pahlawan melawan penjajahan
Namun pahlawan perdamaian
MERDEKA UNTUK INDONESIA YANG AMAN
*****
Embun
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Pagi yang indah untuk mengawali hari
Menghirup udara sejuk
Menikmati nyamannya dunia
Semerbak harum mawar ku hirup
Embun yang menyapa di kala pagi
Menghantarkan indahnya pagi
Membayangkan kesenangan diri
Tanpa harus ada yang peduli
Embun yang setiap menemani pagi
Terima kasih atas sejuknya dunia karena mu
Menyambut pagi yang cerah tanpa parah
*****
Seperti Matahari Menyayangi Bumi
*****
(Oleh: Elleita AL Ghofar)
Kau tahu matahari?
Yaaa, dia menjauh dari bumi
Agar bumi tetap aman tak terbakar dengan sinarnya
Dan kau tahu bumi?
Bumi setiap pagi merindukan sinar hangat mentari
Yang dengannya kering embun di dedaunan hijau
Yang dengan sinar hangatnya menjadi penerang
Dan menjadi mata untuk sang bumi
*****
Siklus Hujan
*****
(Oleh : D I H)
Apakah kamu tahu siklus hujan panjang?
Yang memulai penguapan dari laut hingga turun hujan di daratan
Apakah kamu tahu siklus hubungan yang panjang?
Yang memulai pengharapan dari awal hingga berhujung pada penantian
Kamu pernah berkata,
Jika hujan membutuhkan tahapan siklus transpirasi
Yaitu penguapan
Yang berasal dari tumbuhan
Tetapi kamu lupa berkata,
Jika aku juga membutuhkan sebuah siklus serupa transpirasi
Agar menguapkan kerinduan yang berasaan dari mana?
Baiknya jangan kamu tanyakan
*****
Menunggu Kepastian
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqie )
Di ujung senja yang sepi
Menunggu entah kapan datangnya
Aku menunggu seorang yang di nanti
Hingga aku lupa akan waktunya
Tergoda akan kenangan indahnya
Hingga jatuh berkali- kali
Hanya untuk melihat senyumannya
Indah nan elok paras cantik di hati
Waktu terus berjalan detik demi detik
Aku tetap menunggu
Waktu masih berjalan menit demi menit
Untuknya aku menunggu
Sampai senja datang lagi dia tak ada
Lamanya aku menunggu
Yang tak ada titik temunya
Untuk sebuah kepastian yang panjang
*****
Lirihan Nirwana
*****
(Oleh : Armielda Rayya )
Cepat- cepatlah menari
Langit telah melempar berkah
Menujumu yang menanti dengan tangan terbentang
Dinginkan hati lewat lirih suara cakrawala
Yang pecah membanjiri tapakan air mata
Berhentilah berduka
Dia telah memanggilmu
Lewat bisikan malu – malu
Yang mengubur nestapa
*****
Syair Cinta
*****
( Oleh : Muhammad Aqiel Baehaqi )
Pujangga cinta yang bersyair indah
Merdu akan suara dan kata cinta
Menebas angin hingga menebas langit
Untuk sebuah rasa dan frasa
Cinta terkadang hanya membuat luka
Namun indah untuk di rasakan
Sakit untuk di terima
Pujangga cinta bernyanyi dalam gelapnya cinta
Syair- syair cinta yang di rasakan
Terpendam dalam hati
Menuju sebuah tempat bernama lubuk
*****
Perihal tentang Cinta
*****
Dan aku mengerti satu perihal tentang cinta
Cinta tak pernah bisa dipaksakan
Sekalipun sekuat telah ku usahakan
Sekalipun segalanya telah ku buktikan
Pintu hati tetap tak akan bisa terbuka
Meskipun beribu kali ku telah perjuangkan
Untuk mendapatkan cinta dan kebahagiaan
Tak akan pernah lagi ku paksakan
Jika memang cinta tak pernah kau rasakan
Biarkan dengan doa saja aku berteman
Untukmu agar rasakan kebahagiaan
*****
Masih Ada Sisa Usia
*****
(Oleh : Fridolin Ukir)
Jika di hitung lingkar bumi
Mengitari matahari, menjerat waktu
Sejak aku terlempar dari rahim ibu
Siapa duga, setengah abad sudah
Ku hirup udara
Dalam galaksi bima sakti
Terasa bagai segumpal kapas
Terbang terbawa angin lembut
Memburu ujung langit
Pelan mengelus kencang
Pada mimpi
Pada rindu
Pada harap
Pada cinta
Waktu ku tutup kemarin yang sudah lewat
Tersingkap hari- hari penuh kurnia
Tak satu pun tanpa berkat
Karena debur yang tak pernah berhenti
Di kaki bulan
Di ubun mentari
Di panas malam
Di jantung pagi
Adalah cinta yang menyapa bumi
Keabadian mencium fana
Masih ada sisa usia
Untuk menabur cinta
Sebelum cakrawala menciut
Kerentaan memburu
Dan pamit akhir dengan maut
*****
Dan Sesudah Ku tutup Tirai
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Bukan malam lagi yang harus ku hadapi
Biarpun tahu di sana gelap akan semakin pekat dan dingin
Dan sesudah ku tarik kain penutup
Bersedekap membelakangi pintu
Di depanku kaca hias itu
Memantulkan wajahmu
Yang lebih malam daripada malam
Dan lebih dalam
*****
Kisah Hujan
*****
(Oleh : Rieneke Cahyani)
Aku menanti dirimu
Seperti air menghujam sendu
Terus jatuh mengalir kelu
Hujan berteriak pilu
Tak kau dengar dalam surau
Jiwa ku termenung kelabu
Menunggu cinta semanis madu
Hingga usai balutan waktu
Hujan seminggu berlalu
Tersisa petrichor syahdu
*****
Bidadari Surga
*****
(Oleh : Novi Aqila)
Untuk mu bidadari
Engkau yang cantik
Parasmu memposa
Tutur bahasa mu membuat kelu
Sopan santunmu membuat ku rindu
Wahai bidadari surga
Dengarlah bisikan rinduku
Rindu akan hadirnya dirimu
*****
Bidadari Tak Bersayap
*****
Lembut hatinya membuat ku terpana
Begitu nyata keadaannya
Merasakan penderitaan di atas mimpi
Tanpa menawarkan air mata
Dialah sosok tegar yang terciptakan
Bagai bidadari tanpa sayap
Tak tertoreh sedikit rasa terputus
Dia raih bahagia bersama senyumnya
*****
Persinggahan
*****
(Oleh : Alois Nugroho )
Ketika tak melaut, kota mu adalah
Kawanan beton yang mencakar langit
Dan noda lipstikmu lama baru akan terhapuskan
*****
Jeritan Hati
*****
(Oleh : Eka Purwanto )
Wahai hati
Ku tak bisa bohongi raga
Terima setiap susah
Merana akan kerdil nya pikir
Bayang hitam hantui hidup
Jalani hitamnya fatamorgana dunia
Oh hati…
Haruskah ku bohongi raga
Sembunyikan sakitnya jiwa
Pikir tak sejalan, buatku bimbang
Langkah berat laksana besi tertahan
Suruh langkah, berdiri terpaku ingat bayang takut
Hati,,,
Setiap ucap kata yang terlontar
Kau ciut lakukan hayalan
Raga tak siap tuk buat gerakan
Bertolak maju tuk terima keadaan
Dimana hati yang siap tuk bersama
Jalani hidup song song kenyataan
Ubah jerit hati jadi kebahagiaan
Irama bersatu padu jiwa ragaku
*****
Shubuh
*****
(Oleh : Selen Syahirah )
Seorang anak gadis dengan badan mungil
Berdiri menatap damai dalam senja
Tersenyum pada air laut dan pinggir pantainya
Deru angin mengibas rambut nya
Apa yang ku mau? Apa yang ku mau?
Bisiknya dalam hati yang berkecamuk
Bisakah aku bertahan? Begitu tanya nya !
Pilihan – pilihan yang berat berada di sana
Sedang menggantung untuk segera di tangkap
Malang gadis itu, dia tak tahu arahnya
*****
Sisa
*****
Semoga di antara kita menyadari
Betapa hangatnya kebersamaan sejati
Bagaikan pelukan keluarga dan kekasih hati
Mengisi kalbu yang terus mencari
Sisa- sisa kebersamaan yang di nanti
*****
Egoku
*****
Terlelap dalam sunyi
Memejam mata karena sepi
Apa yang sebenarnya terjadi ?
Aku juga tak ingat lagi !
Emosi
Terjatuh karena hal-hal kecil
Dan rapuh tanpa banyak bicara
Dendam
Enggan rasanya memaafkan
Namun, ini Ramadhan
Dan YA ! Ego menepisnya
*****
Tinggi
*****
Aku memandang dari balik gedung
Hawanya berbeda dari ketinggian
Ada wanita menunggu kendaraan
Ada yang sedang memperbaiki atap toko
Motor dan mobil berlalu lalang
Dan aku masih berdiri di balik gedung
Memikirkan tentang mereka
Yang aku tahu bahwa mereka tidak !
Tapi aku belajar, belajar tentang pemandangan itu
Sungguh ironi
*****
Lama Sudah
*****
Lama sudah, kurasa
Lama sudah, mungkin saja
Kapan terakhir kita bertemu?
Aku masih ingat namun samar
Hei, apa kabar?
Disini aku lama sudah merindu
Ya lama sudah ku merasa
*****
Rindu Murai
*****
(Oleh : Muhammad Rajib Raka tirta)
Awalnya
Aku berharap
Murai itu tetap diam
Dan tidak terbang
Kini aku takut
Murai itu terbang
Dan menjauh
Aku pemburu
Yang hendak mengamati
Murai tersebut
Tanpa perlu menembaknya
*****
Senja Kamis Sore di 16 November
*****
(oleh: Ellieta Al Ghofar)
Di antara rintik- rintik hujan yang mulai mengering
Di sore ini
Di 16 november
Di antara awan yang menggumpal
Dan sang matahari yang mulai tenggelam jauh di ufuk barat
Antara penantian berbuka
Di antara azan dan iqomah
Ingin ku bisikkan beberapa kata pada sang khalik untukmu
Allah menjagamu
Menjaga keluarga kecilmu
Memberkahimu memberkahi keluarga kecilmu
Mewujudkan setiap harapan dan impianmu
*****
Dalam Selasa Kedua
*****
(Oleh : Muhammad Rajib Raka tirta)
Dalam sebuah buku,
Aku dengar Morrie
Berkata,
“Cinta adalah
Satu satunya perbuatan
Yang rasional”
Betapa terkejutnya aku
Saat aku tahu
Bahwa aku percaya
Sejak awal
*****
Hujan Kecil
*****
(Oleh : Joko Pinurbo)
Hujan tumbuh di kepalaku
Hujan hanya penyegar waktu
Memancur kecil – kecil
Mericik kecil – kecil
Di hiasi petir kecil – kecil
Hujan masa kecil
*****
Baca Juga Cerpen Lucu
Sekian tadi contoh-contoh dari puisi singkat. Semoga dengan adanya artikel kumpulan puisi singkat diatas dapat memberikan inspirasi bagi pembaca untuk membuat karya seperti puisi. Semoga artikel ini bermanfaat.